Karl Heinrich Marx dan Marxisme
Karl Heinrich Marx (lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818 – meninggal di London, Inggris, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah seorang filsuf, tokoh sosiologi, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas"
Heinrich Karl Marx.
Dari muda sampai wafatnya, manusia yang hebat ini tiada berhenti-hentinya membela dan memberi penerangan pada si miskin, bagaimana mereka itu sudah menjadi sengsara, dan bagaimana jalannya mereka itu akan mendapat kemenangan: tiada kesal dan capainya ia bekerja dan berusaha untuk pembelaan itu
Seolah-olah mendengarkanlah kita di mana-mana negeri suaranya mendengung sebagai guntur, tatkala ia dalam tahun 1847 berseru:
“E, Kaum proletar semua negeri, kumpullah menjadi satu.” Dan sesungguhnya! Riwayat-dunia belum pernah menemui ilmu dari satu manusia, yang begitu cepat masuknya dalam keyakinannya satu golongan di dalam pergaulan-hidup, sebagai ilmunya kampiun kaum buruh ini.
Dari puluhan menjadi ratusan, dari ratusan menjadi ribuan, dari ribuan menjadi laksaan, ketian, jutaan .Karl Marx, yang dalam tulisan-tulisannya tidak satu kali memakai kata kasih atau kata cinta, membeberkanlah faham pertentangan-kelas: faham klassenstrijd, faham perlawanan-zonder-damai sampai habis-habisan. Dan ilmu dialektik materialisme, ilmu nilai-kerja, ilmu harga lebih, ilmu historis materialisme, ilmu statika dan dinamikanya kapitalisme, ilmu Verelendung, – semua itu adalah “jasanya” Marx. Dan meskipun lebih dulu, di dalam tahun 1825, Adolphe Blanqui sudah “menjawil-jawil” ilmu historis materialisme itu, meskipun teori harga lebih itu sudah lebih dulu dilahirkan oleh ahliahli-fikir sebagai Sismondi dan Thompson, – maka tak dapat disangkal, bahwa dirinya Karl Marx-lah yang lebih mendalamkan dan lebih menjalarkan teori-teori itu,
Mereka dengan gampang mengerti, seolah-olah suatu soal yang “sudah-mustinya-begitu” segala seluk-beluknya harga lebih: bahwa kaum burjuis lekas menjadi kaya karena kaum-proletar-punya tenaga yang tak terbayar. Mereka dengan gampang mengerti seluk-beluknya historis materialisme: bahwa urusan rezekilah yang menentukan segala akal-tikiran dan budi-pekertinya riwayat dan manusia. Mereka dengan gampang mengerti .
Nasionalisme di dunia Timur itu lantas “berkawinlah” dengan Marxisme itu menjadi satu nasionalisme baru, satu ilmu baru, satu iktikat baru,satu senjata perjuangan yang baru, satu sikap hidup yang baru.
Nasiosionalisme-baru inilah yang kini hidup di kalangan rakyat Marhaen Indonesia.
Mochtadin si beted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar